Sunday, February 24, 2013

My Kinesthetic Boy

Dari masih bayi mungil, gw udah ngerasa kalo Shifan punya kecenderungan untuk jadi anak yang gak betah diem :D. Waktu belum bisa jalan, Shifan si bayi ngga pernah mau lama-lama ditaruh dan diajak main di tempat tidur, atau duduk manis dipangku. Maunya digendong, dan yang gendong pun harus berjalan-jalan. Capcaaay deh, huahahaa.. Shifan juga ngga pernah betah duduk di stroller. Dalam hitungan menit, pasti udah teriak-teriak minta diangkat :).

Setelah bisa jalan, keaktifannya makin keliatan. Shifan kecil maunya terus bergerak, dan mengacak-acak apa aja yang ditemui dan menarik perhatiannya. Pas udah bisa lari, pe-er pun bertambah, karena gw, suami atau pengasuhnya harus ekstra mengawasi gerak-gerik Shifan yang lincah ini. Takutnya tiba-tiba melakukan sesuatu yang membahayakan, secara toddler kan belum aware sama bahaya, ya.

Dan bener aja dugaan gw, Shifan tumbuh jadi anak yang penuh semangat dan gak bisa diem. Persis belatung nangka, hahaha..

Karena ga bisa diem itu juga, gw jadi males ngizinin dia main di luar rumah. Secara jalanan di depan rumah gak rata, dan Shifan jarang mau jalan pelan2. Biasanya begitu keluar pagar, dia langsung lari. Terus jatuh deh.

Sudah sekitar belasan kali luka di dengkul akibat jatuh, dialami oleh Shifan. Kadang belum sembuh, udah jatuh lagi, hadeeeuh.. Dan bukan cuma jatuh aja, saking grasak-grusuknya, Shifan juga sering ngalamin kecelakaan2 kecil lainnya. Mostly kebentur. Bisa tembok, lantai, pintu atau meja. Benjol or memar mah udah biasa.

Yang lumayan horor, kulit deket kuku tangannya pernah terkelupas karena terjepit pintu. Di hari lain, giliran kuku kakinya copot gara2....kejepit pintu lagi Щ(˚Д˚щ). Pernah juga, saking semangatnya lari-lari, Shifan jatuh dan gigi depannya patah. Selang beberapa hari, lari-lari lagi, jatuh lagi dan bibirnya pecah, terbentur gigi nya yang patah itu.. *tepok jidat


Pernah saat kami dateng ke suatu resepsi pernikahan di sebuah gedung, Shifan kelihatan tertarik sama lampu sorot kecil di sebuah dessert table. Tapi sebelum gw sempet teriak kasih peringatan, Shifan udah lebih dulu megang lampu sorot berwarna hijau itu. Kejadiannya cepet banget, cuma dalam hitungan detik. Dan melepuh lah telunjuk dan jari tengah tangan kanannya. Untung luka lepuhnya termasuk ringan..

Ngilu kan bacanya :(.

Kok ngga dibilangin supaya hati-hati? Waaah, ga usah ditanya. Ampe capek ngingetinnya. Buat yang menganut gaya parenting 'gak ngucapin kata "jangan" ke anak', boleh ya gw titipin Shifan di rumahnya. 2-3 hari ajah. Kayaknya langsung pusing tujuh keliling, deh, mikirin gimana cara ngejalanin gaya parenting itu dengan baik, hehehe..

Gw sendiri sih udah nyerah sama teori itu ya, karena seringnya sih mulut gw cepet-cepetan teriak sama gerakan Shifan yang lincah macem belatung nangka itu. Boro-boro deh cari padanan kata, frase atau kalimat yang lebih positif, wong mostly teriakan "jangan" gw aja udah kalah cepet sama gerakannya .. *elap keringet*

Siapapun yang momong, even itu gw or ayahnya, pasti agak kewalahan ngadepin keaktifannya. Karena selain gak bisa diem, Shifan juga impulsif. Liat ini-itu, yang menurut dia menarik, maunya langsung dipegang, digoyang-goyang atau dipukul-pukul. Ketemu batu, diambil terus dilempar. Ngeliat keran, langsung dibuka biar airnya ngucur. Genangan air pasti diinjek kenceng2 sampe nyiprat kemana-mana. Perlu banyak energi, dan kesabaran ekstra buat mendampingi Shifan :D.

Sempet gw khawatir Shifan hiperaktif atau ADHD. Karena selain aktif, impulsif, rentang konsentrasinya juga pendek. Kecuali kalo nonton tv ya. That's why ko lagi super-duper capek, gw suka ngebiarin Shifan berlama-lama nonton tayangan anak-anak di tv. #janganditiru! *salim sama ibu Elly Risman* :p

Gw pun searching sebanyak2nya tentang anak aktif. Dan memang, informasi tentang anak kelewat aktif sih kebanyakan emang mengarah ke ADHD or hiperaktif ya. Tapi ada juga yang bilang usia batita, memang masanya anak bereksplorasi. Makanya kebanyakan batita sangat aktif. Semua dipegang, dieksplor, dan rentang konsentrasinya pun biasanya memang masih pendek ya.

Akhirnya gw dan suami putusin buat observasi sendiri dulu di rumah deh. Kalo tambah mengkhawatirkan, baru kami akan konsultasi ke ahlinya. Ke klinik tumbuh kembang, atau psikolog anak.

Juli tahun 2012, tahun ajaran baru. He was 3y3mos. Waktunya Shifan masuk playgroup or KB. Tapi gw putusin buat skip dulu. Karena 2x trial, di tumble tots dan di paud deket rumah, dua-duanya gatot!, wahahaha. Shifan sama sekali ngga mau join in class activity. Dia malah asyik main sendiri, exploring kesana-kemari.

September 2012, little sissy was born. Gw dan Shifan pisah kamar :'(. Waktu gw pun banyak tersita buat ngurusin the newborn baby. Sedih rasanya kalo liat Shifan saat itu. Sekitar 1-2 minggu setelah kelahiran Shawna, Shifan mulai begging2 buat sekolah. Padahal sebelumnya kalo ditanya kakak mau sekolah atau ngga, dia jawabnya: ngga mau!

Gw dan suami, antara kasihan liat dia yang sedikit terabaikan di rumah, sama khawatir takut dia 'rusuh' di sekolah :D. Tapi akhirnya kami mutusin buat daftarin Shifan sekolah, ketimbang 'membiarkan' dia main sendiri di rumah. Apalagi anaknya juga udah bolak-balik minta sekolah.

Untungnya nih, walau pun sudah di tengah2 tahun ajaran, kami masih menemukan sekolah yang mau menerima Shifan. PG/TK Bamaditha Rahman namanya, sekitar setengah kilo dari rumah. TK jadul, dengan mainan old skul di playground-nya (awal 2013 ini playground-nya udah direnov jadi lebih modern), yang biayanya ramah kantong bunda. Alhamdulillah :D

Oktober 2012, hari pertama sekolah, sungguh gw dag dig dug luaaar biasa, hahaha. Terharu liat kakak yang kelihatan udah gede banget dalam seragam olahraganya, sekaligus takut dia ngga bisa diem dan berbuat 'kerusuhan' di kelas :D.

Surprisingly, Shifan makes a very-good start at school. Dia mau ngikutin most of class activities. Mulai circle time, doa bersama, making art/craft, snack time, sampe waktunya pulang.. Woooow *kecup kakak Shifan*

Gw bener2 amazed. Shifan yang super aktif, gak bisa diem, masuk di tengah2 tahun ajaran (ketinggalan sekitar 3 bulan), ternyata di hari pertama sekolah, langsung bisa nge-blend. The most important thing is he enjoyed it :). Terutama bermain dan socialized dengan temen2 sekelasnya.

Padahal gw liat ada 2 orang temen sekelasnya, yang masih belum mau ngikutin class activity. Jadi masih asik main2 sendiri, persis Shifan waktu trial dulu. Gw bukan mau banding2in ya. Perkembangan tiap anak kan emang beda2. Penguasaan terhadap suatu keterampilan atau kesiapan dalam satu hal, pasti beda2 waktunya pada tiap anak. Gw cuma ngga nyangka, ternyata Shifan, anak super aktif yang sempet gw underestimate ini, memang udah bener2 siap bersekolah. :)

Desember 2012, pembagian rapor semester 1. Gw ketemu Bu Shofa, guru kelas Shifan yang cantik, muda, dan bersemangat (like most of playgroup/kindergarten teacher).

Bu guru cerita kalau wawasan Shifan lebih luas dari kebanyakan temen2nya. Dia juga paling pinter bercerita, alias cerewet. Shifan belum mau tekun saat melakukan aktivitas tulis-menulis (gw emang belum serius ngenalin huruf, karena anaknya memang belum mau. Tunggu masa pekanya aja deh #emakpemalas) atau mewarnai, dan belum hapal beberapa doa/surat pendek. Plus beberapa hal lainnya.

Di ending beliau bilang Shifan sangaaat aktif (iya bangeeet, bu!), dan termasuk anak kinestetik plus auditory.

Hmmh, kayaknya pernah denger deh kinestetik, auditory dan satu lagi visual. Gaya belajar seseorang kalo ngga salah. Dan gw pun googling...

Ternyata, gaya Visual, Auditory dan Kinesthetic (in some case + Tactile) merupakan gaya belajar seseorang. Selain sebagai modalitas belajar, Kinestetik juga merupakan salah satu jenis kecerdasan. Iya, Kecerdasan Kinestetik ini posisinya equal dengan 7 kecerdasan lainnya. Menurut Multiple Intelligence Theory-nya Howard Gardner, ada 8 jenis kecerdasan. Dan dua yang paling populer adalah Kecerdasan Logika-Matematika dan Kecerdasan Linguistik/Bahasa.

Dari hasil searching dan baca sana-sini, begini kira-kira gambaran umum tentang anak-anak bertipe kinestetik;

Pada umumnya, anak berkarakter kinestetik ini cenderung selalu bergerak, dan sulit untuk diminta duduk manis dalam waktu yang agak lama. Pada beberapa kasus, anak kinestetik juga sering disalahartikan sebagai anak dengan ADHD, karena sama-sama sulit untuk bisa diam, dan rentang konsentrasinya pun biasanya pendek.

Sama kayak gw yang sempet curiga kalau Shifan hiperaktif. Tapi beda dengan anak hiperaktif yang gerakannya kadang tak bertujuan, anak kinestetik ini aktif bergerak kesana kemari, dengan suatu maksud tertentu, misalnya memuaskan rasa keingin-tahuannya. Mereka juga senang menyentuh langsung hal-hal yang menarik perhatiannya, ketimbang melihatnya saja.

Anak2 dengan karakter kinestetik ini biasanya senang dan menonjol dalam kegiatan olah tubuh, seperti melompat, memanjat, menari dan berolahraga. Mereka juga suka diajak bermain peran, atau membuat art and craft. Nah, kalau sudah bersekolah, ketimbang duduk manis di kelas, mendengarkan keterangan dari guru, atau membaca buku pelajaran, anak bertipe kinestetik akan lebih senang, dan lebih cepat menangkap materi ajar bila diajak melakukan percobaan, atau mengalami langsung. Misalnya, belajar bilangan pecahan dengan memakai potongan-potongan pizza, atau belajar mengenai anatomi tumbuhan langsung di kebun.

And yes, sebagian besar ciri2 pembelajar kinestetik itu cocok sama Shifan. Memang ngga akan persis sama, karena memang seseorang ga mungkin cuma punya satu gaya belajar. Semua orang punya modalitas belajar V-A-K, tetapi pasti ada yang yang paling dominan. Nah, dari pengenalan karakter belajar mana yang paling sesuai, serta potensi kecerdasan yang dimiliki ini, seseorang akan bisa melakukan proses belajar dengan optimal dan mengembangkan potensi kepandaian yang dimilikinya tersebut.

Ya ampun, kemana aja gw selama iniii *toyor diri sendiri*. Selama ini mikirnya cuma kenapa sih Shifan gak bisa diem. Kenapa petakilan banget? Kenapa susah dibilangin? Bandel! Gw bahkan sempet berpikir dia ADHD. Sungguh gw berasa ketampar. Emaknya sendiri -yang melahirkan, hampir dua tahun nyusuin, dan tiga setengah tahun tidur bareng- aja gak bisa berpikir positif dan melihat kecenderungan potensinya.

Alhamdulillah kemarin Shifan keukeuh minta sekolah. Beruntung masih keterima di playgroupnya yang sekarang. Dan bersyukur gw ketemu Bu Shofa yang ngasih keyword: 'kinesthetic'. Bener-bener memberi pencerahan.

Ada perubahan mindset di kepala gw. Dari 'Shifan si petakilan dan susah dibilangin/diingetin', jadi 'Shifan, si pembelajar kinestetik yang super aktif yang suka exploring dan sangat curios dengan lingkungannya' :). Efeknya lumayan berpengaruh. Sekarang gw jadi lebih sabar ngadepin keaktifan dan ke-curiosity-annya Shifan. Yaaa, walaupun kadang2 -kalo lagi capek-bertanduk juga sih, hahaha. Semaksimal mungkin gw dan suami nyoba untuk ngga banyak melarang (walaupun prakteknya SUSAH! *elap keringet*) sepanjang apa yang dilakukan ngga membahayakan.

Dan karena si kinesthetic learners ini jumlahnya ngga sebanyak anak bergaya visual dan auditory (alias ngga umum), ngga semua sekolah bisa mengakomodir kebutuhan si minoritas ini dalam belajar. Gw inget banget kata-kata gurunya Shifan saat bagi rapor kemarin, kalo pembelajar kinestetik harus hati-hati ketika memasuki masa SD-SMP. Karena metode pengajaran di SD (konvensional) biasanya kurang 'ramah' terhadap anak berkarakter kinestetik. Duh, pe-er lagi ini cari sekolah :).

Nah, sekarang tinggal berdoa, mudah2an Ayah dan Bundanya Shifan dikasih cukup rizki untuk membayar biaya masuk sekolah, yang jumlah tiap tahunnya makin menggila, wahaha.. Pinginnya sih Shifan bisa masuk sekolah yang 'open minded' dan mengakomodir kebutuhan anak lintas karakterisitik belajar.

Kami juga kepingin bisa membantu Shifan menyalurkan energinya ke hal-hal yang positif, dan memfasilitasi rasa ingin taunya yang besar. Harapannya sih, anak kami yang super aktif ini bisa tumbuh dengan gembira dan menjadi dirinya sendiri, tanpa banyak dituntut harus begini atau begitu. Shifan bisa menjalani apa yang dia sukai dengan penuh tanggung jawab, dan mewujudkan apa yang dicita2kan.

Semoga kami selalu diberi kekuatan dan kemudahan ya, dalam membimbing Shifan dan Shawna, menemani mereka meraih impiannya.

Can I have an amen? :D

5 comments:

  1. you're not alone, darling!

    Rafa juga kinestetik kok.

    jadi nya disalurkan energi nya ke main bola. harusny ditambah musik, disarankan drum. tapi belum ambil course, karena udah kelas 6 repot bagi waktu.

    kalo di kelas, Rafa diminta sibuk mainin pulpen. supaya energi tetap tersalurkan

    ReplyDelete
  2. Wah, Mas Rafa yg keren dan pinter itu anak kinestetik ya? Selama ini tiap baca cerita tentang mas Rafa & dek Fayra selalu ngarep semoga anak2ku pinter kyk mereka :D

    Semoga kelak Shifan bisa nemuin metode belajar yg pas, dan jd anak pinter kyk anak2nya mba De.. :)))

    ReplyDelete
  3. Wah walau tingkahnya sering deg2an, tapi aku yakin juga sih semua anak pasti lebih pinter, apalagi ada kelebihan energi begini.

    Aku pernah denger sekolah yang modelnya kayak sekolah alam kayaknya cocok ya untuk anak2 kinestetik ya? Semoga nanti dapet sekolah yang bisa mengakomodir Shifan ya buu :)

    ReplyDelete
  4. ihiiks... ternyata saya tak sendiri :), baru aja masukin anak sy ke PAUD dan si ibu guru bilang anak sy "kines"...langsung deh cari info sana sini dan seneng banget ketemu tulisan di blog ini, krn apa karakteristik anak mbak sama persis dgn karakteristik naufal anak saya :). ijin share ya mbak....

    ReplyDelete
    Replies
    1. Silahkan mbak. Salam sayang buat si kecil. Semoga selalu sehat dan bahagia :)

      Delete